Membaca Candi Jedong dan Residu Masa Lalu yang Tersimpan di Sekitarnya

Candi Jedong saat Residensi Sastra Pawitra


aku adalah ranum yang tak kau petik
berguguran di antara daun-daun bambu kuning di pekarangan
menyisir udara di keriak tubuh
lalu terbang mengitari pohon mete dan kembang kenanga, 
yang harumnya menyeruak kisah ibu:
    tentang perempuan yang melarikan diri
    tentang perempuan yang menjadi resi
    tentang perempuan yang malu-malu
    tentang perempuan yang menyimpang sunyi di dada

lalu ibu menuang empog di atas daun jati
berkatalah ibu pada kami,
"perempuan adalah kekuatan yang ditawan,
yang harus luluh dilacur nafsu"

kamboja layu kau tanam sore lalu,
tumbang di Pasetran
daun-daun jatuh di tepi pemakaman
tempat diri dan jati dilebur dalam sekam pengabdian

Sidoarjo, 2 Maret 2024



Candi Jedong, candi yang bertipe gapura paduraksa yang terletak di Desa Wotanmas Jedong ini diperkirakan sudah dibangun sejak abad ke-14 Masehi.

Dalam data Kemendikbud, Candi Jedong dulu memiliki tiga bangunan gapura, yang kini hanya tersisa dua. Sementara satu bangunan lainnya sudah hilang dan diprediksi terbuat dari batu bata dengan angka tertulis 1298 Saka atau 1376 Masehi.

Sementara dua bangunan yang kini tersisa terbuat dari batu andesit yang terhubung dengan batas pagar berbahan bata memanjang sekitar 50 meter.

Gapura di sebelah utara memiliki panjang 6,86 meter dan lebar 3,4 meter, dengan ketinggian 7,19 meter. Sementara kaki gapura dihiasi panel-panel tak berrealief dan berhiaskan sabuk kala distiril dan flora.

Dalam peradaban nusantara, Candi Jedong menjadi saksi berbagai kerajaan yang berkembang di nusantara.

Berdasarkan berbagai prasasti yang ditemukan, Candi Jedong juga diperkirakan sudah ada sejak zaman Mataram Kuno, seperti dalam Prasasti Tulangan, yang menyebutkan situs ini sudah ada sejak 832 Saka atau 910 Masehi.

Dalam Pupuh LXXVIXI Nagarakertagama, desa kuno yang disebutkan adalah Kapulungan dan Wwatan. Jika dikaitkan dengan masa sekarang, maka Kapulungan adalah sebuah nama desa yang berlokasi di Gempol Pasuruan. Sementara dalam Prasasti Kudadu (Brandes 1906), menyebutkan bahwa Wwatan adalah Desa Wotanmas Jedong saat ini yang juga menjadi lokasi Candi Jedong.

Candi Jedong memiliki pemandangan yang asri dan sangat terawat. Sayangnya, pengunjung Candi ini terbilang sepi. Kini, Candi Jedong banyak digunakan sebagai spot foto estetik seperti prewedding dan lain sebagainya. Meskipun terletak di tengah pemukiman, keasrian candi dan estetikanya masih terjaga hingga kini. 

Selain Candi Jedong, Wotanmas Jedong juga memiliki situs purbakala lainnya yang terdapat tidak jauh dari candi Jedong, yakni candi Pasetran. Candi Pasetran terletak di sebelah utara Candi Jedong, sekitar 300 meter.

Kedua candi tersebut memiliki sejarah yang berbeda meskipun terletak tidak terlalu jauh. Jika Candi Jedong menyimpan kewibawaan dan kharismatik, Candi Pasetran beraura magis.

Candi Pasetran berdiri kini adalah tumpukan bata yang tampak seperti sebuah reruntuhan. Tinggi bangunan mencapai 1,5 meter, yang membentuk tembok keliling dengan atas terbuka.

Melihat gaya arsitekturnya, candi Pasetran merupakan candi batur yang di sekelilingnya terdapat  banyak batu merah berserakan yang menandakan bahwa ada bangunan lain yang terbangun di sekitarnya.

Berdasarkan pengertian dari kata 'setra' artinya adalah kuburan dalam agam Hindu. Tidak menutup kemungkinan jika di candi Pasetran adalah pekuburan di masa lampau.

Ada pula dugaan bahwa bangunan dengan tipikal candi Pasetran adalah candi ala Majapahit yang masih memiliki bagian besar di dalam tanah.

Tidak banyak informasi yang bisa digali di Candi Pasetran. Masyarakat sekitar pun memiliki keterbatasan informasi mengenai kedua candi tersebut. Bahkan sebagian besar masyarakat Wotanmas Jedong, banyak yang tidak memahami sejarah kedua candi yang berada di desanya.

Keterbatasan informasi mengenai candi Pasetran membuat pengunjung dan warga yang menaruh perhatian terhadap candi hanya menyimpulkan secara perkiraan saja. Sejauh ini, candi Pasetran sebagai tempat pemakaman lebih masuk akal untuk diterima berdasarkan dari kata 'setra'.

Misteri keberadaan candi Pasetran ini keberadaannya tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Hal tersebut menajamkan dugaan bahwa pendirinya adalah orang-orang Majapahit yang karakternya memang sulit untuk dikenali bahkan digali informasinya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desa Wotanmas Jedong, Desa 1.000 Tahun yang Selalu Bercahaya

Desa Wotanmas Jedong mendapat Anugerah Sima Tulangan di Abad X-XI

Genting dan Langkah Awal yang Kita Nantikan