Gunung Penanggungan atau Pawitra sebagai Akses Vertikal Para Leluhur di Masa Lampau untuk Mengenal Penguasa Semesta

Gunung Penanggungan atau Pawitra sebagai Akses Vertikal Para Leluhur di Masa Lampau untuk Mengenal Penguasa Semesta

Gunung Penanggungan dikenal sebagai Gunung Pawitra. Pawitra dalam Bahasa Sansekerta berarti suci, keramat, bersih, jernih, murni, dan bebas dari bahaya.

Dalam kitab Tantu Panggelaran, Gunung Penanggungan adalah bagian dari Gunung Mahameru di Jawadwipa, India yang tercecer saat dipindahkan dari India ke Pulau Jawa, membentuk gunung-gunung yang berada di Pulau Jawa dan puncaknya adalah Gunung Penanggungan. 

Gunung Penanggungan dipengaruhi oleh konsepsi kosmogenis atau makrokosmos, sebagai gunung suci yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta. Gunung Penanggungan dianggap sebagai buana alit dan buana ageng, dengan puncaknya yang diyakini sebagai tempat persemayaman sang Jagatnata, sang pengatur jagad.


Gunung Penanggungan atau Pawitra sebagai Akses Vertikal Para Leluhur di Masa Lampau untuk Mengenal Penguasa Semesta


Gunung Penanggungan juga memiliki 8 penjuru yang ditandai dengan bukit-bukit kecilnya persis seperti logo atau simbol kerajaan Majapahit. Delapan gunung-gunung atau bukit-bukit kecil di sekitarnya tersebut dipercaya dihuni oleh dewa-dewa yang menjaga masing-masing puncaknya.

Gunung adalah titik pusat alam semesta dan kawasan Pawitra dianggap suci dan sacral. Bukti sakralnya Gunung Penanggungan adalah, terdapat banyak bangunan suci berbagai struktur seperti gapura, petirtaan, punden berundak dan gua yang tersebar di berbagai titik di kawasan Gunung Penanggungan.

Daerah di sekitar Gunung Penanggungan juga mendapat banyak gelar sima, yakni daerah yang memiliki keistimewaan pada tiap zaman di masa-masa kerajaan-kerajaan yang berdiri di nusantara. Gunung Penanggungan mendapat gelar sima punpunan yakni tempat-tempat suci yang berada di sekitar areanya.

Pada masa Jawa Kuno, Gunung Penanggungan adalah pusat aktivitas keagamaan. Banyak resi yang tinggal di berbagai tempat suci di Gunung Penanggungan. Dan banyak calon kesatria dikirim untuk belajar agama kepada para resi di sekitar Gunung Penanggungan.

Gunung Penanggungan atau Pawitra sebagai Akses Vertikal Para Leluhur di Masa Lampau untuk Mengenal Penguasa Semesta

Bukti lain kesakralan Gunung Penanggungan adalah adanya prasada dan pathirtan yang mendukung aktivitas spiritual-sosial pada masa Jawa Kuno, yakni keberadaan Gapura Jedong, Candi Pasetran dan Gua Kuno. Gua Kuno dianggap amerta atau air suci yang menjadi salah satu instrumen dalam peribadatan masa lampau. 

Semua tempat peribadatan di sekitar kawasan Gunung Penanggungan memiliki amertanya tersendiri. Sima Tulangan, Candi Jedong dan Pasetran dengan amerta gua kuno, Sima Pucangan, Jolotundo dengan sumber airnya, dan juga Sima Cunggrang, Belahan dengan sumber airnya. Semua amerta tersebut dianggap suci dan menjadi media upacara kaum resi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desa Wotanmas Jedong, Desa 1.000 Tahun yang Selalu Bercahaya

Desa Wotanmas Jedong mendapat Anugerah Sima Tulangan di Abad X-XI

Genting dan Langkah Awal yang Kita Nantikan