Gunung Penanggungan sebagai Akses Spiritual dan Warisan Sejarah yang Abadi




Hingga kini, Gunung Penanggungan masih menyimpan beribu misteri yang sulit untuk digali. Banyak ilmuwan dan peneliti yang datang untuk eksplorasi dan membedah pengetahuan yang tersimpan di dalamnya.

Gunung Penanggungan menyimpan sejarah peradaban dunia, sebab tak hanya di zaman kerajaan yang berkembang di nusantara, bahkan legenda kuno pun menceritakan gunung Penanggungan sebagai gunung yang menyimpan rahasia dan fenomena-fenomena tak tersentuh.

Gunung Penanggungan memiliki puncak bernama Pawitra dan dikelilingi oleh empat gunung kecil yakni gunung Bekel, Gajah Mungkur, Kemuncup dan Saraklopo. Selain itu juga dikelilingi oleh empat bukit lagi yakni Bende, Gunung Wangi, Semodo dan Jambe. Kontur dan kenampakan alam gunung Penanggungan inilah yang menjadi dasar pondasi terbentuknya Surya Wilwatikta, simbol Kerajaan Majapahit.

Gunung Penanggungan terbentuk pada zaman Holosen yang berdasarkan penelitian Van Bemmelen tahun 1937, gunung ini dinyatakan sebagai gunung yang tidak aktif selama kurang lebih 1.000 tahun. Ketidakaktifan gunung tersebut megindikasikan bahwa Gunung Penanggungan sudah ada sejak masa Hindu-Budha. ketidakaktifan terebut juga dibuktikan dengan banyaknya peninggalan-peninggalan bersejarah di Gunung Penanggungan yang masih utuh hingga kini.

Gunung yang memiliki tinggi sekitar 1.653 meter di atas permukaan laut ini merupakan gunung yang memiliki nilai spritual yang tinggi. Dalam kitab Tantu Pangelaran, dikisahkan bahwa Gunung Penanggungan adalah puncak dari Gunung Mahameru di Jambudwipa, India.

Gunung Mahameru adalah gunung yang suci dan sangat tinggi. Sementara saat itu para Dewa melihat bahwa Pulau Jawa tengah terombang-ambing dan tidak stabil, hingga akhirnya oleh para dewa memotong Gunung Mahameru dan dipindahkan ke Pulau Jawa di bagian barat, yang saat ini menjadi Gunung Salak. Karena masih terlalu berat di barat dan mengakibatkan ketidakseimbangan, akhirnya diambil lagi untuk dipindahkah ke sebelah timur.

Dalam proses pemindahan tersebut, gunung-gunung tersebut berceceran membentuk gunung-gunung di Pulau Jawa seperti Gunung Merapi, Gunung Lawu, Gunung Arjuno dan lain-lain, hingga pada puncaknya dijatuhkan di letak Gunung Penanggungan saat ini. Berdasarkan cerita tersebut, Gunung Penanggungan adalah puncak dari Gunung Mahameru di Jambudwipa.

Begitu banyak peninggalan-peninggalan sejarah di Gunung Penanggungan. Saking banyaknya hingga banyak yang tidak tersentuh dan begitu sedikit penelitian mengenai kesakralan dan budaya yang terbentuk di masa lampau di Gunung Penanggungan.

Dalam buku Menepis Kabut Pawitra karya I Made Geria disebutkan bahwa Gunung Penanggungan memiliki pengaruh kosmologi dan merupakan pusat semesta. Puncak Penanggungan, Pawitra adalah puncak dari Gunung Mahameru di India yang merupakan persemayaman dari Sang Jagatnatha, sang pengatur jagat raya. Tak heran jika di Gunung Penanggungan banyak ditemukan bangunan suci yang merupakan peninggalan sejarah masa lampau. 

Hingga saat ini tercatat sekitar 130-an bangunan purbakala dalam berbagai bentuk di kawasan Gunung Penanggungan. Jumlah tersebut belum termasuk artefak, arca dan berbagai mata uang yang ditemukan di Gunung Penanggungan.

Bentuk bangunan purbakala di Gunung Penanggungan banyak ditemukan punden berundak. Pada zaman prasejarah, pundek berundak merupakan masa megalitikum (batu besar). Pendirian bangunan punden berundak dalam masyarakat megalitik nusantara bertujuan untuk memuja arwah leluhur. Mereka meyakini bahwa arwah leluhur memiliki kekuatan dan pengaruh bagi kehidupan manusia. Pendirian bangunan suci di atas gunung bertujuan untuk agar pada bhakta atau para pemuja bisa lebih mendekatkan diri kepada dewa yang dianggap bersemayam di tempat-tempat yang lebih tinggi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desa Wotanmas Jedong, Desa 1.000 Tahun yang Selalu Bercahaya

Desa Wotanmas Jedong mendapat Anugerah Sima Tulangan di Abad X-XI

Genting dan Langkah Awal yang Kita Nantikan